Jadi inget ketika untuk pertama dan terakhir kalinya saya datang ke wisuda temen2 kita, saya bilang ke temen2 kalo saya ngga merasa iri atau terpacu untuk cepat2 lulus. Huehehe..
Saya tahu pernyataan saya ini memang sangat mengherankan. Saya pun merasakan hal yg sama. Kok aneh banget saya ngga merasa iri atau pengen cepat lulus kayak temen2 yg lain.
Hari ini, ketika saya mengintip tetangga saya yg baru pulang sehabis wisuda, saya juga masih bertahan dengan perasaan yg sama. Datar..
Seperti yg sudah saya tulis dalam blog pribadi saya, ini bisa dilihat sebagai musibah sekaligus anugerah. Musibah karena dengan datarnya perasaan saya, berarti saya tidak terpacu untuk segera merampungkan skripsi dan meninggalkan kampus dengan membawa gelar sarjana. Tapi di sisi lain ini juga anugerah buat saya karena saya bebas dari rasa iri dan sakit hati karena belum merasakan indahnya di wisuda (ngga tahu juga apakah diwisuda itu bakal menyenangkan atau malah menyedihkan buat saya.. hihihi.. secara bakal meninggalkan status mahasiswa dan bergabung dengan para pengangguran dan pencari kerja.. mending punya status mahasiswa bukan? huehehehe).
Walau saya menjalani hari2 saya mengerjakan skripsi dengan santai, tapi ada dua alasan yg cukup memacu semangat saya menyelesaikan skripsi: omelan orangtua dan keinginan untuk segera meninggalkan kampus yg kini sudah mulai kehilangan pesonanya tanpa kalian semua. Hahaha..
Semuanya, SEMANGAT..!! ^_^